Yunik Zubaidah
Peran keluarga, khususnya orang tua, sangat krusial dalam pembiasaan salat pada anak usia dini. Keluarga menjadi lingkungan pertama dan utama bagi anak untuk belajar dan membiasakan diri melakukan ibadah, termasuk salat. Membiasakan anak melaksanakan salat sejak dini memiliki banyak manfaat, baik bagi perkembangan spiritual maupun pembentukan karakter. Salat mengajarkan disiplin, tanggung jawab, dan rasa syukur, serta menjadi benteng dari perbuatan buruk. Dengan memberikan contoh yang baik, pendidikan yang tepat, dan suasana yang mendukung, orang tua dapat membantu anak-anak untuk mencintai dan melaksanakan salat dengan kesadaran penuh.
Anak usia dini, terutama di bawah tujuh tahun, memang belum diwajibkan salat, namun sangat dianjurkan untuk dibiasakan salat sejak dini. Pembiasaan ini penting untuk menanamkan nilai-nilai agama dan membentuk karakter anak. Meskipun belum diwajibkan, anak-anak usia ini bisa mulai diperkenalkan dengan gerakan dan bacaan salat, serta diajak untuk salat berjamaah.
Salah satu kunci utama adalah teladan dari orang tua. Sebagaimana disampaikan Santrock dalam Life-Span Development (2011), “Anak-anak adalah peniru yang ulung. Mereka lebih banyak belajar dari apa yang mereka lihat dibandingkan dari apa yang mereka dengar.” Orang tua harus menjadi contoh dengan melaksanakan salat secara rutin. Mulailah dengan gerakan-gerakan dasar dan bacaan-bacaan pendek yang mudah diikuti oleh anak, dan ajak anak untuk salat berjamaah di masjid atau mushola. Memberikan pujian dan apresiasi ketika anak mencoba salat, meskipun belum sempurna, juga sangat penting. Orang tua perlu terus mendampingi anak dengan sabar dan konsisten, serta menjadikan salat sebagai rutinitas yang menyenangkan.
Selain teladan, menciptakan lingkungan religius di rumah juga menjadi faktor pendukung. Orang tua dapat menciptakan suasana rumah yang mendukung aktivitas ibadah, misalnya dengan menyediakan tempat salat yang nyaman dan mengajak anak berjamaah di rumah. Hurlock dalam Child Development (1999) menyatakan, “Lingkungan rumah yang kondusif terhadap aktivitas keagamaan akan mendorong perkembangan religius anak.”
Secara khusus, Surah Luqman ayat 17 memerintahkan untuk mendidik anak salat sejak usia dini. Ayat ini berisi nasihat Luqman kepada anaknya, termasuk perintah untuk mendirikan salat dan bersabar dalam melaksanakannya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. Ayat ini menekankan pentingnya mengajarkan salat kepada anak-anak, serta pentingnya kesabaran dalam membimbing mereka dalam menjalankan ibadah. Selain itu, ada juga hadis yang menjelaskan tentang perintah salat pada anak.
Mengajarkan salat dengan cara yang menyenangkan juga krusial. Departemen Pendidikan Nasional RI (2007) menyatakan, “Pembelajaran untuk anak usia dini harus dilakukan dengan metode bermain sambil belajar agar anak tidak merasa terpaksa.” Metode pembelajaran yang sesuai dengan usia dini, seperti menggunakan permainan, cerita islami, atau reward sederhana, akan membuat anak lebih mudah menerima dan mencintai salat.
Konsistensi dan kesabaran orang tua dalam mengingatkan dan membimbing anak untuk salat juga tidak bisa ditawar. Nabi Muhammad SAW sendiri menganjurkan agar anak diajarkan salat sejak usia 7 tahun, sebagaimana diriwayatkan dalam hadis Abu Dawud, “Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan sholat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka (dengan cara mendidik) jika mereka meninggalkannya ketika mereka berumur sepuluh tahun.”
Pada akhirnya, salat menjadi bekal penting bagi anak dalam memahami ajaran agama dan menjalankan ibadah, meningkatkan keimanan, serta membentuk kebiasaan baik. Dengan membiasakan salat sejak dini, anak akan lebih mudah untuk terus melaksanakannya hingga dewasa.
*Mahasiswa Prodi PIAUD Universitas Islam Ibrahimy Banyuwang
Tinggalkan Balasan