Bukan Mengatur, Tapi Mendampingi: Kunci Emas Mengasuh Anak Usia Dini

Kamila Sofia Salma

Seringkali, niat baik kita sebagai orang dewasa dalam mendidik anak usia dini (0-6 tahun) justru berubah menjadi terlalu banyak pengaturan dan pengarahan. Kita inggin mereka cepat bisa membaca, menulis, atau menghitung sehingga fokus kita sering beralih pada pencapaian akademik diusia yang belom tepat. Opini saya adalah, anak usia dini lebih membutuhkan kita sebagai pendamping yang sabar dan mendorong, bukan sebagai pengatur yang mengontrol setiap langkah mereka.

Konsep ini berakar pada pemahaman bahwa anak-anak memiliki dorongan alami untuk belajar dan menjelajah. Ketika kita banyak mengatur misalnya, selalu memberitahu apa yang harus dimainkan, bagaimana cara bermainnya atau bahkan membatasi eksplorasi demi kerapian kita sebenarnya sedang mengambat perkembangan kemandirian dan kreativitas mereka. Biarkan mereka sesekali membuat keputusan sendiri dalam bermain, bahkan jika itu berarti sedikit kekacauan atau hasil yang tidak sempurna. Dari sanalah mereka belajar memecahkan masalah, mengambil inisiatif, dan membangun rasa percaya diri.

Sebagai pendamping, peran kita adalah menyediakan lingkungan yang aman dan kaya stimulasi. Ini berarti memastikan ada berbagai macam mainan yang sesuai usia, buku-buku bergambar, dan kesempatan untuk berinteraksi dengan alam. Namun, yang tak kalah penting adalah hadirnya kita secara fisik dan emosional. Duduk disamping mereka saat mereka mengambar, mendengarkan cerita imajinatif mereka dengan penuh perhatian, atau sekedar ikut tertawa saat mereka menemukan sesuatu yang lucu, ini adalah momen-momen berharga yang membangun ikatan, menumbuhkan rasa aman, dan menunjukkan bahwa kita menghargai dunia merika.

Mendampingi juga berarti peka terhadap sinyal mereka. Anak-anak seringkali berkomunikasi melalui perilaku mereka. Jika mereka rewel, itu mungkin bukan kenakalan, melainkan tanda kekelahan, lapar, atau butuh perhatian. Sebagai pendamping, kita perlu belajar membaca sinyal-sinyal ini dan meresponts dengan empati, bukan dengan kemarahan atau hukuman. Membimbing mereka melalui emosi yang sulit adalah bagian penting dari perkembanagan emosional mereka.

Terakhir, mari kita ingat bahwa setiap anak memiliki kecepatan dan caranya sendiri dalam belajar. Membandingkan seorang anak dengan anak lain, atau memaksakan target yang tidak realistis, hanya akan menciptakan tekanan dan merampas kegembiraan belajar mereka. Sebagai pendamping, tugas kita adalah merayakan setiap kemajuan kecil, memberikan dukungan tanpa syarat, dan percaya pada potensi unik yang ada dalam diri setiap anak.

Singkatnya, mari kita ubah paradigma diri “mengatur” menjadi “mendampingi”. Dengan menjadi pandangan yang hadir, sabar, dan penuh dukungan, kita membantu anak usia dini untuk tumbuh menjadi individu yang mandiri, kreatif, dan percaya diri, siap menghadapi tantangan dunia dengan bekal yang kuat.

*Mahasiswa Prodi PIAUD Universitas Islam Ibrahimy Banyuwangi

Categories: ,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *